Selasa, 25 Desember 2012

Tingkatan Iman dan Aqidah


TINGKATAN-TINGKATAN IMAN

 Ashl al-Īmān1 (asal iman) atau iman dasar.

Yang dimaksud dengan asal iman atau iman dasar adalah batas iman yang minimal atau tingkatan iman yang bersentuhan dengan garis pemisah antara iman dan kufur. Di bawah tingkatan ini adalah kekufuran.  

Tingkatan ini adalah tingkatan orang-orang yang baru masuk Islam (biasanya) atau orang-orang yang dilahirkan sebagai muslim tetapi dalam dirinya belum masuk perkataan hati dan perbuatan hati serta anggota badan yang dapat mengangkatnya dari tingkatan ini, atau tingkatan orang-orang Islam yang mengerjakank abā’ir (dosa-dosa besar).
Orang-orang yang disangkal keimanannya oleh Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– dalam hadits-hadits, dikarenakan mengerjakank abā’i r, termasuk dalam tingkatan ini adalah tingkatan orang yang kehilangan kesempurnaan imannya. Karena yang disangkal dalam hadits-hadits tersebut adalah kesempurnaan iman, bukan ashl al-īmān. Salah satu contoh dari hadits-hadits tersebut adalah:
“Tidaklah beriman seorang pezina ketika ia melakukan zina.” (HR. al-Bukhāriy 2475 dan Muslim 2/41)
Yang disangkal dalam hadits adalah kesempurnaan iman. Karena apabila yang disangkal adalah ashl al-
īmān, maka seorang yang berzina sudah pasti akan menjadi kafir. Kalau seseorang menjadi kafir setelah
sebelumnya Islam (murtad), maka hukumannya adalah hukuman mati, bukan hukum cambuk. Yang terjadi, pezina yang pernah kawin setelah mati dirajam masih harus dimandikan, dikafani dan dishalati; berbeda halnya dengan orang yang murtad.
 Īmān wājib2 atau iman sempurna dengan wājibāt.
Yang memiliki iman dalam tingkatan ini adalah mereka yang mengerjakan semua kewajiban dan
meninggalkan semuak abā’ir, mereka adalah orang yang akan masuk syurga tanpa adzab.
Syaykhul Islam Ibnu Taymiyyah–R ahi m ahul l ah– berkata3:
“Barangsiapa memiliki iman wajib, dia adalah orang yang berhak mendapatkan pahala , sedangkan orang yang memiliki cabang kemunafikan dan mengerjakank abā’ ir, maka termasuk orang yang berada di bawah ancaman. Allah menjadikan imannya bermanfaat baginya, yang dengan iman tersebut Allah mengeluarkannya dari api neraka (kalau dia masuk), walaupun imannya seberat biji sawi. Namun orang seperti ini tidak berhak dijanjikan untuk masuk syurga tanpa adzab.”
Disebut pula al-īmān al-mujmal (iman global), atau mutlaq al-īmān (dasar iman).
2 Disebut pula al-īmān al-mufashshal (iman detail) atau al-īmān al-kāmil (iman yang sempurna) atau al-īmān al-
mutlaq (iman yang mutlak) atau haqīqah al-īmān (hakekat keimanan).
3al -Ī mān, hal. 334

Kemudian, timbul sebuah pertanyaan: “Bagaimanakah halnya dengan orang yang mengerjakan semua
kewajiban dan menjauhi semua kabā’ir, tetapi masih mengerjakan shaghā’ir (dosa-dosa kecil)?”
Syaykhul Islam Ibnu Taymiyyah–R ahi m ahul l ah– menjawab4:
“Rasulullah tidak menyangkal (kesempurnaan) iman kecuali bagi para pelakukabā’i r. Oleh karena itu, apabila seorang mukmin mengerjakanshaghā’i r, makashaghā’ ir tersebut akan dihapuskan dengan ketaatan yang dikerjakannya, dan dengan upaya dia untuk menghindarkan diri darik abā’i r. Namun orang seperti ini memiliki iman yang kurang dibanding iman orang yang menjauhishaghā’i r. Dan barangsiapa yang mempunyai iman wajib tetapi mencampurnya dengan dosa-dosa kecil, maka dosa- dosa tersebut akan dihapuskan oleh amal shalehnya, namun derajat orang-orang yang tidak melakukan dosa-dosa kecil pada dirinya akan berkurang.”
Untuk dapat memahami masalah dihapusnya dosa-dosa kecil sebagai-mana yang dikemukakan oleh
Ibnu Taymiyyah– Rahi m ahull ah– tersebut di atas, maka simaklah ayat berikut:
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian (dosa-dosa kalian yang kecil) dan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia (surga).” [QS. an-Nisā’ (4): 31]
 Īmān mustahab5 atau iman sempurna dengan mustahabbāt.
Tingkatan ini adalah tingkati hsān. Orang yang memiliki iman seperti ini adalah orang-orang yang mengerjakan semua kewajiban dan amal perbuatanmust ahabbāt serta menjauhi semua yang diharamkan.
Ketiga tingkatan tersebut di atas dijelaskan Allah –Subhānahu wa Ta’ālā– dalam firman-Nya:
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.Yang demikian itu itu adalah karunia yang amat besar.” [QS. Fāthir (35): 32]
Sumber:
Lajnah Ilmiah Hasmi. “Iman Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah”. www.hasmi.org

TINGKATAN AQIDAH
Akidah islam mempunyi 3 tingkatan yaitu :
1. Tingkatan orang yang menerima aqidah sebagai ajaran dan mempercayainyasebagai tradisi yang berlaku. Orang yang berakidah seperti ini kadangkadang ragu terhadap apa yg telah dipercayainya bilaman ia menghadapaikesamaran kesamaran
2. Tingkatan orang yang menerimanya lewat pemikiran dan penalaran,sehingga imanya semakin bertambah dan keyakinannya semakin kuat. Orangyang berakidah pada tingkatan ini tidak mudah terguncang oleh syubhatsyubhat(kesamaran), sebab ia mampu menepis atua menolaknya
3. Tingkatan orang yang mengekalkan penalaran dan pemikirannya dansenantiasa memohon pertolongan kepada Allah untuk menaati-Nya. Padatingkatan ini seseorang dapat melihat dengan kesadaran batinnya kepadasesuat yang dapat menyempurnakan keimanan dan keyakinannya




Tidak ada komentar:

Posting Komentar